Jagad medsos Indonesia beberapa tahun belakangan diramaikan oleh salah satu vlogger atau youtuber yang mengetengahkan konten berbau Indonesia di negeri Tiongkok. Namanya Rudy Chen. Menurut pengakuannya, vlogger ini berasal dari Medan.
![]() |
Vlogger Rudy Chen |
Ia amat fasih berbahasa Mandarin. Dengan kemampuannya itu, ia bisa dengan mudah diterima masyarakat lokal yang dijumpainya. Ia juga tidak kesulitan menggali kehidupan orang-orang Tiongkok yang terkait dengan Indonesia.
Baca juga: Masjid Kubah Emas; Tempat Transit Yang Dulu Dipandang Ironi
Postingan terkininya mengungkap kehidupan umat Islam di Kecamatan Shadian, Kabupaten Gejiu, Provinsi Yunnan, Republik Rakyat China. Rudy Chen mengabarkan tentang jumlah populasi Muslim di Kecamatan Shadian mencapai 90 persen dari total sekitar 20 ribu jiwa. Mayoritas mereka berlatar suku Hui.
Dalam laporannya, Rudy Chen menyebut kondisi masyarakat Muslim Shadian yang sangat makmur dan sebagai penyumbang PDB terbesar untuk kota Gejiu. Mata pencaharian masyarakat Muslim Shadian bergerak di bidang usaha logam non ferro seperti timah, serta industri makanan halal.
Untuk menunjukkan kemakmuran ekonomi masyarakat Shadian, Rudy mengajak pemirsanya mengunjungi masjid terbesar dan termegah yang ada di Shadian. Bahkan, ia berani mengatakan masjid tersebut merupakan masjid termegah yang pernah dilihatnya selama di China.
Masjid tersebut merupakan masjid milik masyarakat yang dibangun atas swadaya masyarakat. Ratusan juta Yuan atau puluhan miliar rupiah dihabiskan untuk membangun masjid yang megah, yang disebut Masjid Agung Shadian (Shadian Grand Mosque). Area masjid ini seluas sekitar 21 ribu meter persegi. Di depan masjid terdapat bangunan air mancur, sementara kanan kiri masjid dibuat taman. Masjid sendiri aslinya berdiri sejak tahun 1684. Selain sumbangan dari pemerintah China, jumlah terbesar diperoleh dari donasi masyarakat.
Masjid ini juga menerima kunjungan turis. Bagi turis yang tidak beribadah dan selain beragama Islam, maka hanya diperbolehkan di bagian serambi, dan dilarang untuk masuk ke ruangan utamanya.
Perjalanan menuju kecamatan Shadian ini dimulai dari Kunming, ibukota provinsi Yunnan. Dengan menaiki kereta cepat, waktu yang diperlukan mencapai 2,5 jam untuk sampai di Stasiun Gejiu. Lalu, perjalanan diteruskan dengan naik bajai ke Shadian yang berjarak sekitar 4 km dari Stasiun Gejiu dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.
Baca juga: Perpaduan Ibadah, Pasar dan Donasi Membentang di Masjid Jogokaryan
Uniknya, di Shadian tidak dijumpai lampu pengatur lalu lintas. Para pengendara saling mengalah untuk memberi jalan kepada pengguna kendaraan lain. Mobil-mobil listrik keluaran baru juga cukup banyak mengaspal di kawasan ini.
Untuk menunjukkan perbedaan model jilbab di Indonesia dan di Shadian, Rudy mewawancarai pemilik toko busana muslimah di Shadian. Menurut penuturan pemilik toko tersebut, model jilbab di Indonesia cukup sederhana dibandingkan dengan model jilbab yang diburu muslimah di Tiongkok. Jilbab yang mahal, hingga mencapai Rp. 700 rb bukanlah jilbab kain biasa, melainkan disematkan beragam hiasan yang terbuat dari kerajinan berbahan timah.
Videonya sudah ditonton 300 ribu lebih dan kolom komentar dalam videonya kali ini sudah mencapai 2 ribuan lebih. Kebanyakan bernada pujian dan ucapan terimakasih. Banyak komentar juga mengakui kemajuan muslim di China yang selama ini kurang diketahui publik Indonesia.
Melipirnews
Komentar
Posting Komentar