Penasaran dengan film Jumbo? Film animasi Indonesia yang digarap 400 lebih animator itu kini telah menembus angka 6 juta penonton di bioskop. Anggaplah rata-rata tiket seharga 45 ribu, maka film ini telah menghasilkan pemasukan 270 milyar
Namanya juga drama. Penonton diajak masuk menyaksikan anak-anak yang telah kehilangan ayah dan ibunya. Don, aktor utama, diasuh neneknya. Tak ubahnya dengan latar belakang animasi terkenal asal Malaysia, Ipin dan Upin yang juga tumbuh bersama neneknya. Hanya saja animasi berjudul Jumbo ini memiliki keistimewaan tersendiri dalam alur ceritanya.
Latar belakang ceritanya membawa penonton pada kondisi alam bawah sadar masyarakat Indonesia pada umumnya, yakni hantu penunggu sebuah tempat, perundungan (bullying) dan kuatnya pengaruh penguasa serta perilaku culasnya. Tidak ketinggalan pula penggunaan teknologi di bidang komunikasi, yaitu tepatnya penggunaan gelombang frekuensi radio yang dapat mengalirkan energi listrik.
Baca juga: "Pengamen Naik Kelas" sebagai Upaya Pemajuan Kebudayaan
![]() |
Sumber: Tampilan facebook Visinema |
Persahabatan Don dan Teman-Teman Mainnya bersama Si Hantu Meri
Don adalah anak semata wayang yang diasuh neneknya. Ia gemar membaca buku dongeng karangan kedua orangtuanya tentang kerajaan gelembung. Sewaktu ia kangen dengan kedua orangtuanya, ia buka kembali lembar demi lembar buku kartun tersebut.
Persahabatan dengan teman-teman sebayanya tidak berlangsung mulus. Ia sering dianggap biang dari kekalahan, terutama saat main kasti. Ia kurang disukai karena kurang gesit sebab tubuhnya yang cenderung gemuk. Ikut bermain sepakbola pun tak dibolehkan oleh teman-temannya. Salah satu teman yang menganggapnya bermasalah secara serius adalah Atta. Ia selalu menganggap negatif dan merendahkan Don.
Sampailah dibuka acara perlombaan pentas bakat. Atta yang berbakat dengan pembuatan radio kerlap-kerlip, kemampuan yang ia dapatkan dari abangnya, disuruh daftar oleh salah satu pelanggan servis reparasi radio abangnya. Atta pun senang dengan kesempatan itu dan sore itu Atta pun menuju loket pendaftaran. Apa hendak dikata, pendaftaran sudah ditutup oleh panitia dengan alasan peserta sudah penuh.
Don pun juga mempersiapkan diri ikut lomba bakat tersebut. Ia ingin mementaskan drama dan juga lagu pengiringnya yang notasinya ia temukan belakangan di bagian sampul belakang bagian dalam buku cerita karangan orangtuanya itu.
Sebelumnya sudah muncul sosok Meri, si hantu gentayangan yang minta tolong Don untuk membebaskan arwah kedua orangtuanya yang sedang tertawan. Sebagai balasannya, Meri bersedia membantu Don memenangkan pentas bakat. Don lah yang meminta pada awalnya.
Sebagai hantu, Meri bisa melakukan apa saja. Termasuk membantu Don dalam upayanya tampil ke pentas bakat. Lewat pementasan drama musical, Don sangat ingin membuktikan bahwa dirinya bukan anak yang lemah.
Setelah persiapan cukup, Ia dan teman-temannya pun datang mendaftar. Nasib baik menghampirinya. Saat ia datang mendaftar, seusai Atta mendaftar, panita panik karena tiba-tiba ada 1 kelompok peserta pentas yang mengundurkan diri. Saat itulah Don datang mendaftar dan Don pun diterima.
Atta yang tahu Don diterima semakin membuatnya tidak suka dan gusar dengan Don. Padahal Atta sangat ingin menunjukkan kebolehannya dan mendapatkan hadiah uang yang akan ia gunakan untuk membantu penyembuhan kaki abangnya.
Baca juga: Elkan Baggott dan Bayangan Joel Matip-nya Timnas Indonesia
Don dibantu Meri si hantu, lalu Maesaroh dan Norman, selesailah mementaskan sebuah drama musikal dan dinyatakan sebagai pemenang. Panitia pun memintanya untuk melakukan pentas lagi pada malam puncak pentas bakat itu hari berikutnya.
Ia pun girang bukan main, sementara Meri sangat bertambah gusar karena arwahnya sangat tidak aman dan dalam incaran si penangkap gelombang frekuensi radio. Don ngotot ingin pentas sekali lagi, tapi Meri tidak mau membantu lagi dan memilih pergi. Padahal Don sudah berjanji membantu Meri selepas pentas. Maesaroh dan Norman juga ikutan pergi.
Akhirnya Don pun tersadar, bahwa ia terlalu memaksakan keinginannya. Ia kurang mendengar teman-temannya yang satu per satu meninggalkan dirinya. Di tengah dirinya yang mulai menyadari kesalahannya, ia mencari lagi Meri dan juga teman-temannya.
Atta yang juga kehilangan kakaknya karena kakaknya dibawa pergi oleh pelaku penangkap gelombang radio, bersedia bergabung dengan Don untuk mencari abangnya, dan menyelamatkan arwah gentayangan kedua orangtua Meri.
Pak Kades yang Mendalangi Ketakutan Warga
Ternyata, biang pengendali gelombang radio yang memerangkap arwah gentayangan orangtua Meri itu tidak lain adalah Pak Kades sendiri. Ia sengaja menakut-nakuti warga pemilik lahan dan bangunan di daerahnya dengan hantu agar para pemilik tanah itu ketakutan dan mau menjual tanahnya. Termasuk juga tanah makam.
Modus Pak Kades ini terbongkar manakala si Don dan kawan-kawannya berupaya menyelamatkan Meri dari tangkapan radio Pak Kades. Bahwa selama ini hantu muncul di daerah itu ternyata akal-akalan Pak Kades untuk memuluskan niatnya menguasai tanah.
Kembali ke cerita hantu di film Jumbo ini, itu artinya mitologi masih menjadi sajian gurih dalam dunia perfilman. Mitologi dan dongeng di dunia film ini juga diproduksi di dunia Barat. Film Animasi Lord of The Rings maupun Kungfu Panda juga menampilkan mitologi di dalamnya. Sebelumnya juga muncul film animasi dengan mitologi yang begitu kuat dari Jepang; Doraemon.
Menlipirnews
Komentar
Posting Komentar