Musik Gambus "Milik" Betawi Berunsur Kebudayaan Nusantara

Istilah gambus sering kita jumpai dan kita dengar. Umumnya kata gambus yang kita ketahui adalah suatu instrumental khas budaya Timur Tengah. Namun arti dari kata gambus itu cukuplah luas, dan mencakup aspek-aspek kebudayaan yang ada di Indonesia. 

Banyak orang mengira bahwa tarian gambus merupakan ciri khas dari kaum yahudi, namun pada dasarnya gambus adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Timur Tengah.


Salah satu pementasan gambus (dok. Muhammad Ismail) 

Paling sedikit, gitar gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Ditambah alat musik lain seperti biola, gendang, tabla dan seruling. Ia dimainkan sambil diiringi gendang. Jadilah ia sebuah orkes yang memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebut gambus saja. Orkes gambus mengiringi tari Zapin dan Tari Jepen yang seluruhnya dibawakan pria untuk tari pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah, sedangkan tema liriknya adalah keagamaan. Di TVRI dan RRI, orkes gambus pernah membawakan acara irama padang pasir. 


Baca juga: "Pengamen Naik Kelas" sebagai Upaya Pemajuan Kebudayaan


Menurut catatan sejarah, perintis orkes gambus adalah Syech Albar seorang Arab-Indonesia, bapaknya Ahmad Albar, dan yang terkenal orkes gambus El-Surayya dari kota Medan pimpinan Ahmad Baqi. Kini, orkes gambus seolah menjadi "milik" orang Betawi dan banyak dipentaskan di pesta sunatan dan perkawinan. Lirik lagunya berbahasa Arab, isinya bisa doa atau shalawat. 


Adapun tarian yang mengiringinya ialah tarian Zapin. Tari Zapin adalah salah satu tarian tradisional Melayu dari Provinsi Riau yang sangat mengakar dan populer. Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu "Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan. Biasanya, tari Zapin dibawakan secara berkelompok dengan diiringi dua alat musik utama yakni gambus dan marwas yang berbentuk gendang kecil. Melalui syair-syair yang didendangkannya, tari Zapin ini juga digunakan sebagai media dakwah. 


Dikutip dari Balai Pelestarian Kebudayaan Riau oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayan RI, tari Zapin sarat dipengaruhi budaya Arab. Sejarah tari Zapin berawal sebagai tarian hiburan di lingkungan istana di pesisir selat Malaka seperti Kerajaan Siak dan Indragiri. Tarian ini dibawa dari Hadramaut, Yaman oleh para pedagang Arab sekaligus pendakwah agama Islam pada awal abad ke-16. Karena masuk di lingkungan istana, dengan cepat tari Zapin berakulturasi dengan budaya lokal. Dalam setiap gerakannya disisipkan nilai-nilai dan norma Melayu. Akhirnya tari ini kerap ditampilkan dalam acara seremonial kerajaan. 


Sebelum tahun 1960, tari Zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki. Namun, dalam perkembangannya kini sudah bisa ditarikan oleh penari perempuan bahkan campuran laki-laki dan perempuan. 


Gambus dalam Kebudayaan Indonesia 


Gambus bukan hanya alat musik, tetapi juga simbol dari proses akulturasi budaya antara Timur Tengah dan budaya lokal Indonesia. Berbagai suku di Indonesia, seperti masyarakat Melayu di Sumatera, Minangkabau, dan Bugis di Sulawesi, menjadikan gambus sebagai bagian dari tradisi musik mereka. Gambus sering dimainkan dalam acara-acara adat, perayaan, hingga dalam pertunjukan kesenian yang menggabungkan tarian dan musik. 


Salah satu genre musik yang sangat identik dengan gambus adalah "musik gambus" atau "musik Melayu gambus." Musik ini umumnya menggunakan gambus sebagai instrumen utama yang didukung oleh alat musik lainnya seperti drum, keyboard, dan kadang-kadang alat musik gesek. Musik gambus Melayu sangat populer di beberapa daerah di Indonesia, terutama di pesisir timur Sumatera, seperti Riau, Jambi, dan Bengkulu. Selain itu, gambus juga memainkan peran penting dalam penyampaian cerita dalam bentuk syair atau pantun. 


Dalam banyak pertunjukan gambus, syair-syair yang dilantunkan mengandung pesan moral atau ajaran agama, yang seringkali menjadi media dakwah dalam penyebaran Islam di Indonesia. Oleh karena itu, gambus tidak hanya menjadi alat musik, tetapi juga sarana untuk mempertahankan nilai-nilai budaya dan agama dalam masyarakat. 


Gambus dalam Perkembangan Musik Indonesia Modern 


Meskipun gambus adalah alat musik tradisional, pengaruhnya dapat ditemukan dalam banyak genre musik modern di Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir, ada upaya-upaya untuk memodernisasi gambus dengan menggabungkannya dengan alat musik dan gaya musik modern, seperti pop, rock, dan jazz. Kolaborasi antara musik gambus dan genre musik modern ini menghasilkan aliran musik yang unik dan menarik bagi kalangan muda, yang ingin merasakan pengalaman mendengarkan musik tradisional dengan nuansa kontemporer. 


Peralatan musik gambus dimainkan (dok. Muhammad Ismail)


Contohnya, beberapa musisi Indonesia terkenal seperti Mansyur S. dan Qasidah Modern, telah memadukan gambus dengan alat musik modern seperti gitar elektrik dan synthesizer. Penggabungan ini memberikan gambus ruang untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan menarik perhatian pendengar yang lebih muda. Bahkan, beberapa band dan penyanyi Indonesia kini sering memasukkan gambus dalam karya mereka, menjadikan alat musik ini relevan dengan perkembangan zaman.


Baca juga: Benarkah Mengunjungi Makam Waliyullah Bisa Menenangkan Hati Perempuan Muda Era Millenial? Catatan dari Hati Suhita Yang Sedang Tayang Di Bioskop


Gambus juga semakin dikenal di luar Indonesia melalui festival musik internasional. Beberapa grup musik yang memanfaatkan gambus dalam musik mereka telah tampil di luar negeri, memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia. Hal ini menunjukkan bahwa gambus memiliki daya tarik yang lebih luas dan bisa diterima oleh pasar musik global, meskipun ia tetap mempertahankan akar tradisionalnya.


Penulis: Muhammad Ismail, mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

Baca Juga

Komentar

Popular Posts

Mukhtasar Syamsuddin Menjawab Disrupsi Teknologi Dengan Konsep Neokonfusianisme

Nokia Tinggal Sejarah?

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Mobil Listrik China Ramaikan Perayaan Imlek 2025 di Dubai

Kawasan Menteng Bergaya Eropa Jejak Peninggalan Kebijakan Daendals

Bagaimana Riset Interdisipliner Bisa Menjawab Tantangan Global Nan Kompleks?

Prediksi Manfaat Program Makan Siang Gratis di Sekolah

Panda di Luar China Diberi Nama dan Fakta Lainnya

Sate-Sate Pengharum Nama Daerah

Advertisements

ARTIKEL FAVORIT PEMBACA

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?

Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan

Kontes Debat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Bertaruh Cuan di Tengah Kemacetan Jalan Raya Sawangan

Perpaduan Budaya Penambah Eksotis Masjid Ridho Ilahi, Wilangan, Nganjuk

Kasih Bunda Tak Terkira; Ber-Solo Touring Demi Tengok Anaknya

Kawasan Menteng Bergaya Eropa Jejak Peninggalan Kebijakan Daendals

Rangkaian Harmusindo 2024: Dorong Museum Sebagai Destinasi Wisata dan Edukasi

Advertisement

Buku Baru: Panduan Praktis Penelitian Sosial-Humaniora

Berpeluh Berselaras; Buddhis-Muslim Meniti Harmoni

Verity or Illusion?: Interfaith Dialogue Between Christian and Muslim in the Philippines

IKLAN ANDA

IKLAN ANDA

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis. Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.