Rangkaian Harmusindo 2024: Dorong Museum Sebagai Destinasi Wisata dan Edukasi

Pada 11-13 Oktober 2024, Kota Malang menjadi tuan rumah peringatan Hari Museum Indonesia (Harmusindo), dengan rangkaian acara yang berpusat di Gedung RCE KPPN Malang. 

Gedung ini adalah bangunan cagar budaya yang dibangun pada tahun 1937 dan telah selesai direnovasi pada tahun 2022. Sebagai saksi sejarah, gedung ini menjadi pusat kegiatan Harmusindo yang dihadiri berbagai kalangan, mulai dari pengelola museum, akademisi, pelajar, hingga masyarakat umum.



Selama tiga hari, acara Harmusindo menghadirkan berbagai kegiatan menarik yang mencakup pameran, workshop, seminar, serta tur kota. Tidak ketinggalan, peserta diajak berkeliling museum-museum di kawasan Malang Raya, termasuk Museum Mpu Purwa dan Museum Satwa di Jawa Timur Park. Selain menikmati berbagai koleksi, peserta juga memperoleh wawasan baru tentang peran museum dalam memajukan pendidikan dan penelitian.

Salah satu momen penting dalam rangkaian acara ini adalah workshop tentang pengelolaan museum di Indonesia. Dalam sesi ini, Hajar Pamadhi, pakar permuseuman yang juga dosen Seni Rupa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), menekankan pentingnya pengembangan museum berdasarkan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Menurutnya, museum harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, termasuk dengan memanfaatkan teknologi digital dan memperluas keterlibatan publik. Museum, jelasnya lagi, bukan hanya tempat untuk menyimpan benda-benda kuno, tetapi juga harus berfungsi sebagai pusat edukasi yang aktif dan interaktif, menawarkan pengalaman yang lebih mendalam kepada pengunjung.

Yiyok T. Herlambang, salah satu pembicara dalam seminar, mengungkapkan beberapa anggapan negatif yang masih melekat pada museum di Indonesia. Banyak yang menganggap museum sebagai lembaga stagnan yang hanya berfokus pada masa lalu, kurang dinamis, dan tidak memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Ia juga menyoroti bagaimana museum sering dipersepsikan sebagai tempat yang kurang terawat dan tidak membanggakan daerah setempat. Untuk mengatasi masalah ini, Yiyok menyarankan agar museum mulai mengembangkan strategi yang lebih terencana, dengan penguatan konsep, optimalisasi koleksi, serta pemanfaatan teknologi multimedia untuk meningkatkan brand image museum. Selain itu, kemudahan akses informasi melalui website dan media sosial juga penting untuk meningkatkan daya tarik museum di era digital ini.

Tidak hanya itu, Yiyok juga menekankan pentingnya dukungan dari sumber daya manusia yang profesional, tata kelola yang baik, serta kolaborasi lintas disiplin. Dengan dukungan ini, museum dapat berkembang menjadi institusi yang lebih dinamis dan relevan bagi masyarakat modern.

Bahasan tentang Museum Berbasis Pariwisata kembali menyoroti pentingnya museum sebagai bagian integral dari industri pariwisata. Museum tidak hanya diharapkan menjadi tempat wisata yang menarik, tetapi juga mampu memberikan pengalaman yang mengesankan dan mendalam bagi pengunjung. Pengelola museum didorong untuk mengembangkan strategi yang dapat menciptakan kesan mendalam pada wisatawan, bukan hanya menarik jumlah pengunjung. Inovasi dalam penyajian koleksi, seperti menciptakan tampilan yang lebih modern dan "instagrammable," juga penting untuk menarik perhatian generasi muda dan menjadikan museum lebih relevan dalam era digital.

Selain itu, museum juga diharapkan memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak, seperti lembaga pendidikan, hotel, dan agen perjalanan wisata. Salah satu program yang disoroti dalam rangkaian acara ini adalah "One Hotel One Museum," yang bertujuan mengintegrasikan museum dalam pengalaman wisata secara menyeluruh, sehingga pengunjung dapat merasakan kekayaan budaya dan sejarah lokal dengan cara yang lebih autentik.

Secara keseluruhan, peringatan Hari Museum Indonesia 2024 di Malang berhasil menggugah kesadaran publik tentang pentingnya peran museum. Di tengah tantangan global, museum harus terus berinovasi dan bertransformasi agar tetap relevan dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakat. Dengan strategi yang tepat, museum dapat menjadi destinasi wisata unggulan yang menawarkan pengalaman unik dan mendidik bagi pengunjung dari berbagai kalangan.

Penulis: Latifah (Malang, Jawa Timur)
Editor: MN  

Baca Juga

Komentar

Buku Baru: Panduan Praktis Penelitian Sosial-Humaniora

Berpeluh Berselaras; Buddhis-Muslim Meniti Harmoni

Verity or Illusion?: Interfaith Dialogue Between Christian and Muslim in the Philippines

IKLAN ANDA

IKLAN ANDA

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis.Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis.