Peran Museum Sebagai Penggerak Kesejahteraan Masyarakat Sekitar

Museum kini tidak lagi hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan dan memamerkan benda-benda bersejarah, melainkan juga berperan penting dalam pemberdayaan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Manajemen Museum Bahari Jakarta, Misari, dalam acara Museum Forward: International Best Practice Forum on Museum and Heritage, yang berlangsung di Jakarta pada 24-26 September 2024. Menurutnya, museum tidak hanya soal koleksi, tetapi juga bagaimana koleksi tersebut dapat dimanfaatkan bagi masyarakat. "Koleksi museum bukan barang yang diam, melainkan bergerak menjadi bagian masyarakat dalam transformasi sosial," ujar Misari.


Ia juga menegaskan perlunya museum untuk lebih terbuka dan berkontribusi untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat, baik di tingkat lokal maupun global. Pendekatan ini menyoroti peran museum dalam merespons kebutuhan masyarakat sekitar, bukan sekadar tempat edukasi sejarah dan pelestarian budaya. “Kita harus mencoba untuk tidak hanya melihat museum-museum secara internal, tapi juga keluar untuk memberikan manfaat bagi masyarakat," jelasnya.

Salah satu contoh konkrit inisiatif ini adalah program Museum untuk Pengembangan Ekonomi Lokal dan Perubahan Sosial, atau nama lainnya MLEADS, yang digagas oleh IHH Creative Hub bersama Museum Bahari. Program ini dirancang untuk memanfaatkan museum sebagai penggerak pembangunan berkelanjutan serta peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar museum, khususnya di daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan Penjaringan dikenal sebagai salah satu wilayah yang menghadapi berbagai tantangan sosial dan ekonomi, sehingga intervensi ini sangat relevan.

Program Museum Menginspirasi (MLEADS) ini menargetkan pemberdayaan masyarakat setempat, terutama generasi muda yang rentan terhadap masalah sosial seperti keterlibatan menjadi anggota geng, penyalahgunaan narkoba, dan kesulitan dalam mengakses pendidikan atau pekerjaan yang layak. Melalui program ini, Museum Bahari menawarkan berbagai pelatihan keterampilan yang bertujuan untuk menciptakan kemandirian ekonomi dan membangun iklim kewirausahaan sosial. Salah satu pelatihan unggulan yang diberikan adalah Desain Produk Kreatif yang memanfaatkan koleksi museum sebagai inspirasi. Pelatihan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan baru, tetapi juga mendorong masyarakat untuk mengolah kekayaan budaya yang ada di museum menjadi produk bernilai ekonomi.

Dengan adanya pelatihan ini, masyarakat dapat lebih menghargai dan merasa memiliki warisan budaya. Lebih dari itu, pelatihan ini membuka peluang usaha bagi mereka, membantu meningkatkan pendapatan serta memperkuat ekonomi lokal. Program ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang menekankan pentingnya pendidikan, pengurangan kesenjangan, serta pemberdayaan masyarakat. Museum tidak hanya menjadi tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, tetapi juga menjadi aktor penting dalam mengatasi berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang kurang berkembang.

Misari menambahkan bahwa program MLEADS juga melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pelaku bisnis lokal, untuk memastikan keberlanjutan dampaknya. Kerja sama ini diharapkan dapat menciptakan lebih banyak peluang bagi masyarakat setempat serta memperluas dampak positif yang dihasilkan. “Kita harus melihat museum sebagai ruang yang aktif untuk pemberdayaan, bukan hanya sebagai tempat menyimpan benda-benda bersejarah," ungkapnya.

Dengan adanya inisiatif seperti MLEADS, Museum Bahari Jakarta berhasil membuktikan bahwa museum dapat memainkan peran penting dalam memajukan masyarakat. Melalui pendekatan yang kolaboratif dan program-program yang dirancang untuk memberdayakan, museum telah menjadi motor penggerak perubahan sosial dan ekonomi. Tidak hanya membantu masyarakat yang paling membutuhkan, museum juga berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri, sejalan dengan cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Inisiatif ini menunjukkan bagaimana museum dapat bertransformasi menjadi pusat inovasi sosial yang mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat, sekaligus tetap mempertahankan fungsi utamanya sebagai penjaga warisan budaya.

Penulis: Latifah (Malang, Jawa Timur)

Editor: MN
Baca Juga

Komentar

Buku Baru: Panduan Praktis Penelitian Sosial-Humaniora

Berpeluh Berselaras; Buddhis-Muslim Meniti Harmoni

Verity or Illusion?: Interfaith Dialogue Between Christian and Muslim in the Philippines

IKLAN ANDA

IKLAN ANDA

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis.Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis.