- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pernah ada satu ilmuwan yang meramalkan pada masanya modernisme mencapai puncaknya, peran agama semakin memudar dan digantikan oleh kekuasaan nalar dan pikiran manusia. Ramalan itu mengiringi rasa antusiasme yang menyala-nyala akibat tumbuhnya industri yang begitu pesat serta ilmu pengetahuan yang semakin memainkan peran dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kawasan dunia Barat. Kemajuan teknologi, nalar manusia dan ilmu pengetahuan diperkirakan mampu menggeser kedudukan agama dalam memberikan solusi atas kesulitan hidup yang dihadapi manusia.
Sumber: Facebook
Namun apa yang terjadi hingga hari ini ramalan itu tidak benar-benar terjadi. Justru agama sangat dirindukan kehadirannya di tengah ketidakpastian yang muncul gegara penggunaan teknologi, nalar pikiran serta pengetahuan yang berlebihan dalam mengatasi kesulitan dan beban hidup masyarakat modern. Krisis spiritual menghinggapi pada jiwa-jiwa yang melompong. Lalu, akhirnya agama kembali menjadi tambatan terakhir. Konon, sang ilmuwan tersebut pun merevisi ramalannya dan mengakui peran agama yang tidak bisa digeser oleh nalar dan ilmu pengetahuan.
Di jazirah Nusantara, pun kondisi demikian terjadi dengan menguatnya lembaga dan icon keagamaan di berbagai tempat. Ia menyatu dengan masyarakat setempat dan menjadi simbol pemersatu yang menautkan satu sama yang lain dalam kesatuan nilai dan pesan keagamaan yang nyata. Agama dan iconnya hadir sebagai pemersatu. Hampir semua penganut agama mengalami situasi yang sama.
Untaian kata dan kalimat di atas sepertinya cocok untuk memberikan ruang persemaian diskusi ringan mengenai didirikannya patung Yesus memberkati di beberapa tempat, khususnya di wilayah yang dihuni oleh mayoritas umat Kristiani. Patung-patung ini didirikan setidaknya sejak era otonomi daerah dijalankan di Indonesia. Bahkan beberapa didirikan dalam kurun waktu satu dekade terakhir.
Patung-patung Yesus memberkati ini dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Tana Toraja, Kota Manado, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Pulau Lembeh (Bitung), Melonguane (Talaud), Labuan Bajo (NTT), Pulau Mansinam dan Merauke (kawasan Papua), dan beberapa daerah lain yang belum tercantum di sini.
Selain memberikan pesan cinta kasih dan pengorbanan yang berarti bagi kemanusiaan, keberadaan patung-patung Yesus memberkati tersebut belakangan juga didorong semangat untuk menampilkan ikon wisata religi di berbagai daerah. Bahkan beberapa daerah otonomi baru belum memiliki infrastruktur pelayanan wisata lokal, kecuali patung Yesus memberkati yang sengaja didirikan. Bukan sekadar wisata religi tentu, melainkan wisata religi yang berbasis masyarakat atau dalam bahasa Inggris disebut community based tourism (CBT). Ya, karena di daerah tersebut memang dihuni oleh masyarakat Kristiani sebagai populasi terbesar.
Maka kloplah, antara kebangkitan agama dengan nilai-nilainya dan kebutuhan pemenuhan destinasi wisata religi, yang melandasi pendirian patung-patung Yesus memberkati di berbagai daerah di Nusantara ini. Umat agama lain pun juga menampilkan kecenderungan yang sama dengan menggali nilai dan icon keagamaan masing-masing yang tujuannya tentu saja salah satunya untuk menyatukan umat. Dengan demikian, makin warna warnilah negeri ini dengan keragamannya yang menunjukkan derap perjalanan umat yang berpadu di era modern.
MN, dari berbagai sumber.
Sumber: Facebook
Namun apa yang terjadi hingga hari ini ramalan itu tidak benar-benar terjadi. Justru agama sangat dirindukan kehadirannya di tengah ketidakpastian yang muncul gegara penggunaan teknologi, nalar pikiran serta pengetahuan yang berlebihan dalam mengatasi kesulitan dan beban hidup masyarakat modern. Krisis spiritual menghinggapi pada jiwa-jiwa yang melompong. Lalu, akhirnya agama kembali menjadi tambatan terakhir. Konon, sang ilmuwan tersebut pun merevisi ramalannya dan mengakui peran agama yang tidak bisa digeser oleh nalar dan ilmu pengetahuan.
Di jazirah Nusantara, pun kondisi demikian terjadi dengan menguatnya lembaga dan icon keagamaan di berbagai tempat. Ia menyatu dengan masyarakat setempat dan menjadi simbol pemersatu yang menautkan satu sama yang lain dalam kesatuan nilai dan pesan keagamaan yang nyata. Agama dan iconnya hadir sebagai pemersatu. Hampir semua penganut agama mengalami situasi yang sama.
Untaian kata dan kalimat di atas sepertinya cocok untuk memberikan ruang persemaian diskusi ringan mengenai didirikannya patung Yesus memberkati di beberapa tempat, khususnya di wilayah yang dihuni oleh mayoritas umat Kristiani. Patung-patung ini didirikan setidaknya sejak era otonomi daerah dijalankan di Indonesia. Bahkan beberapa didirikan dalam kurun waktu satu dekade terakhir.
Patung-patung Yesus memberkati ini dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Tana Toraja, Kota Manado, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Pulau Lembeh (Bitung), Melonguane (Talaud), Labuan Bajo (NTT), Pulau Mansinam dan Merauke (kawasan Papua), dan beberapa daerah lain yang belum tercantum di sini.
Selain memberikan pesan cinta kasih dan pengorbanan yang berarti bagi kemanusiaan, keberadaan patung-patung Yesus memberkati tersebut belakangan juga didorong semangat untuk menampilkan ikon wisata religi di berbagai daerah. Bahkan beberapa daerah otonomi baru belum memiliki infrastruktur pelayanan wisata lokal, kecuali patung Yesus memberkati yang sengaja didirikan. Bukan sekadar wisata religi tentu, melainkan wisata religi yang berbasis masyarakat atau dalam bahasa Inggris disebut community based tourism (CBT). Ya, karena di daerah tersebut memang dihuni oleh masyarakat Kristiani sebagai populasi terbesar.
Patung Yesus Memberkati di Melonguane, Talaud/Redaksi MN, 2022 |
Maka kloplah, antara kebangkitan agama dengan nilai-nilainya dan kebutuhan pemenuhan destinasi wisata religi, yang melandasi pendirian patung-patung Yesus memberkati di berbagai daerah di Nusantara ini. Umat agama lain pun juga menampilkan kecenderungan yang sama dengan menggali nilai dan icon keagamaan masing-masing yang tujuannya tentu saja salah satunya untuk menyatukan umat. Dengan demikian, makin warna warnilah negeri ini dengan keragamannya yang menunjukkan derap perjalanan umat yang berpadu di era modern.
MN, dari berbagai sumber.
Baca Juga
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
ARTIKEL FAVORIT PEMBACA
Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan
Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?
Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi
Bertaruh Cuan di Tengah Kemacetan Jalan Raya Sawangan
Masalah Penolakan Beribadah yang Kerap Terjadi Tahun Ini
Perpaduan Budaya Penambah Eksotis Masjid Ridho Ilahi, Wilangan, Nganjuk
Jika Kaesang Bersedia dan Menang, Depok Ikuti Kota Lain Dipimpin Anak Pemimpin Ataupun Mantan Pemimpin Negeri
One Way Cikampek-Kalikangkung Mencetak Sejarah Toleransi Bangsa Terbesar di Jalan Tol
Negeri Samurai Biru Juarai Sepak Bola Antaruniversitas se-Asia
Ketua STABN Sriwijaya Tangerang Apresiasi Jika Pelayanan KUA Diperluas
IKLAN ANDA
Kirimkan Artikel Terbaik Anda
Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis.Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis.
Komentar
Posting Komentar